Sunday, July 19, 2020

8935 Nights Together


Dulu sendiri.

Sok nekat. Sok mampu. Sok peduli. Sok baik.

Untungnya bagiku, Tuhan memang baik hati. Terlalu baik bahkan. Memberiku. Memberi dan terus memberi. Tak peduli seberapa bebalnya aku. Sungguh, sering kumalu hati.

Diam-diam diperkenalkan dia kepadaku. Hmm... Tuhan sedang bercanda kali. Begitu kumembatin. Ternyata tidak. Tuhan benar-benar serius dengan rencanaNya. DipercayakanNya dia kepadaku


Lalu berdua.

Mungkin agar kubisa belajar memahami tujuan hidup. Agar tak kesepian lagi mengarungi ruang-waktu menuju tepian kosmos. Menyambut maut.

Itu setahun sebelum kejatuhan Pak Harto. Bapak Pembangunan, kata mereka. Apa peduliku? Ya, sudah. Melangkah kami bersama. Menapak terus. Berkembang biak. Bertambah satu. Bertambah dua. Tiga dan seterusnya. Bertambah pula keluarga. Tuban-Palu-Samarinda.

Tak terasa, hari ini 8.935 malam sudah kita bersama. Terimakasih telah dan masih rela menemaniku. Meski belum kutunaikan janji (dalam hati), mengajakmu ke Kuta Bali. Ya, itu lagu awal pertemuan kita di depot Ria-Palu.Tentu saja aku akan selalu ingat itu meski tak tahu kemana kebeberadaan sang depot itu lagi. Pita kasetnya pun masih rapi tergulung.

Tapi entahlah dengan pulau itu. Kian mendunia. Makin jauh agaknya untuk bisa kujangkau. Suaraku pun parau. Tak semerdu Andre Hehanusa. Wkwkwkwk... itulah kamu. Sudah tahu parau masih saja kau mau. Tapi percayalah, sayangku lebih dalam dari lagu itu.

Air Hitam, 19 Juli 2020