Sunday, September 13, 2015

Las Palmitas

Angelica Rivera dan Enrique Pena Nieto/The Guardian
SUDAH terlalu lama dahi Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto berkerut.

Ia kecewa dengan perilaku sejumlah menterinya yang terlibat berbagai skandal korupsi. Ditambah lagi insiden larinya gembong narkoba yang digdaya sejagad, Joaquin "El Chapo" Guzman, dari penjara berkeamanan maksimum, Juli lalu.

The Wall Street Journal mencatat, saat itu popularitasnya menukik tajam, dari 61 persen menjadi 34 persen.

Tetapi, sore itu, di istananya yang megah, Palacio Nacional di Meksiko City, Nieto mendadak dapat dengan mudah tertawa lepas.

Suaranya bergema dari balkon tengah hingga terdengar oleh pekerja taman yang sedang merawat agave. Bukan karena candaan istrinya yang cantik, Angelica Rivera.

Mantan penyanyi-bintang telenovela "Dulce Desafio" yang dijuluki La Giovita (si Burung Camar), karena perannya sebagai gadis lugu dan rendah hati dalam telenovela itu, sedang berada di kediamannya, Los Pinos.

Bukan pula karena ia telah berketatapan bulat untuk mencopot enam menterinya yang bermasalah itu.

Kelompok pelukis jalanan, "Germen Krew" datang memperlihatkannya gambar pemukiman di kawasan bukit batu Las Palmitas, Pachuca, sebuah kota kecil di provinsi Hidalgo, Meksiko.

Nieto hampir tak mengenali lagi bahwa rumah-rumah itu sebelumnya adalah pemukiman kumuh.

"Wow... !!! Asombroso! Anda sedang tidak bercanda kan?!"

Las Palmitas, Mexico/GETTY IMAGES


Nieto bergantian menatap foto dan para pemuda di depannya, didampingi sejumlah pejabat daerah. Mereka telah menyelesaikan proyek "El Makro Mural Barrio de Palmitas" yang diberikan khusus kepada Germen Krew dengan 20 pelukisnya itu.

"Ini...ini!" kata Nieto dengan telunjuk mengarah ke foto-foto mural di lereng bukit Palmitas.

"Yang begini ini yang memang saya mau. Saya ingin yang memukau agar orang mau melirik Palmitas. Luar biasa. Ok, saya sendiri nanti yang akan meresmikan proyek itu," tandasnya bersemangat.

Dua minggu kemudian, Presiden Pena Nieto, Senin 31 Agustus waktu setempat, meresmikan proyek mural raksasa tersebut.

Beragam warna dioles secara kohesif, abstrak dan garis-garis terang pelangi. Ada lembayung muda, hijau limau, jingga terang, dan sedikit biru yang kalau dari kejauhan terlihat seperti pelangi.

Mural ini dilukis pada area dinding seluas 20.000 m2 atau sekitar 25 kali lapangan sepakbola di 209 rumah warga. Rumah yang menjadi hunian bagi 452 keluarga (1.808 jiwa). Ini menjadikannya mural terbesar di Meksiko, bahkan dunia.

Kawasan yang dulu kumuh, miskin dan identik sarang kejahatan itu kini bukan saja dilirik, melainkan seketika menyedot perhatian dunia. Banyak wisatawan yang penasaran dan berbondong datang hanya untuk berselfie.

Inagurasi di depan mural raksasa Las Palmitas/Presidencia de la Republica Mexicana


Padahal, tiga tahun sebelumnya, Nieto pernah menerima desakan untuk merelokasi pemukiman itu. Ia tak mengiyakan.

Suatu hari ia tertarik sebuah lukisan mural pada sebuah dinding tembok. Warna- warninya menginsipirasi. Ia juga teringat mural anak tangga karya seniman besar Diego Rivera di istananya yang dikagumi wisatawan.

"Kenapa tidak bikin yang begini saja? Pasti akan wow."

Lalu muncullah ide melibatkan pelukis-pelukis jalanan dalam proyek massal yang sekaligus memberikan kerja bagi warga di pemukiman itu. Dan hasilnya memang wow. Pachuca paints itself.

Bagaimana dengan Kaltim?

Sudahkah kita membikin sesuatu yang bisa memukau orang? Kita punya Tepian Mahakam yang keindahannya tak kalah dengan Clarck Quay di Singapura, tak kalah dengan Sungai Serawak di Kuching.

Kita punya polder Air Hitam. Kita punya kota dengan ratusan kolam "eksotis" bekas galian tambang batubara. Mungkin ini satu-satunya di Indonesia.

Kita juga pernah dikenal sebagai provinsi berhutan terlebat sejagad. Fosil ulin yang ditemukan di Loa Janan lebih dari cukup untuk membuktikan hal itu.

Dengan panjang 25,8 meter, diameter 0,95 meter dan usianya 12 juta tahun, fosil ulin ini konon menjadi yang terbesar dan tertua di dunia.

Masalahnya, apakah kita sudah memoles semua potensi itu menjadi sesuatu yang membikin "wow" banyak orang?

Jika belum, maka jangan berharap event-event pariwisata dengan berbagai festivalnya yang rutin kita gelar tiap tahun itu akan dapat mendatangkan wisatawan sungguhan. Pariwisata itu pada dasarnya bisnis tentang wow.

Sepanjang wow obyek wisatanya, wow alat-sarana transportasinya, wow kulinernya, wow keramahan penduduknya, wow akomodasinya, wow budayanya, wow event dan kemasannya, wow cinderamatanya, maka selesai itu barang.

Dan yang bisa bikin wow di Kaltim mestinya bukan cuma Derawan.(*)

Dimuat di harian Tribun Kaltim, edisi Rabu, 9 September 2015, halaman 10.